Monday, November 15, 2010

Varian Tanaman Puring

Kura – kura

Pemegang rekor harga puring. Pertulangan dan jari – jari daunnya sangat khas membentuk kotak – kotak timbul. Sangat mirip pola batok kura – kura. Ditunjang dengan kombinasi warna yang menarik. Munculnya warna pink membuatnya terlihat lebih manis. Daun membentuk tajuk rapat dan susun menyusun.

Red Apple

Puring impor asal Thailand ini juga istimewa. Sekilas penampilannya seperti varietas jengkol. Hanya saja ukuran si apel merah jauh lebih besar. Saat masih muda, daunnya berwarna kekuningan. Namun seiring bertambahnya usia, kelir tersebut berubah menjadi merah tua. Penampilannya semakin aduhai berkat sokongan urat daun yang tegas. Kulitnya pun terasa tebal.

Red Polkadot

Dikenal juga sebagai nirwana. Bentuk daunnya memanjang dengan ujung runcing. Kelir daunnya merah hati berhiaskan totol – totol merah cerah. Ketika muda daunya berwarna hijau. Setelah dewasa akan berangsur menjadi merah marun. Daunnya cukup tebal dan gagah. Makin terlihat mewah karena permukaan daunnya juga shiny.

Apel

Bentuk daunnya bulat. Warna daun kombiasi hijau dengan kuning, Saat muda warna daunnya kuning. Untuk membedakannya dengan varian red apple, terkadang dijuluki apel malang. Tergolong jenis puring yang diminati. Cocok untuk penghias meja.

Fantastic

Kelebihan utama varian ini adalah ukuran daunnya jumbo. Berbentuk lanset agak memanjang, daun cukup tebal. Kelir dasarnya hijau tua dengan hiasan corak merah dan orange di tengah daun, Setelah ditanam dalam pot akan terlihat seperti aglaonema.

Jengkol (Bells)

Nama jengkol diberikan karena tampangnya mirip. Bentuk daunnya bundar dengan warna dominan merah marun, Terkadang daunnya terlihat cekung seperti mangkuk. Varian disebut juga sebagai Bells. Pamornya sedikit turun karena kehadiran red apple yang mirip dengannya namun berukuran lebih besar.

Eksotica

Bentuk daun menjadi kelebihannya. Wujud daunnya menjari dengan bagian tengah memanjang. Sekilas menyerupai bentuk pesawat sehingga dijuluki concod. Berkelir dasar hijau dengan warna kuning, merah dan orange di pertulangan dari tepi daun. Terdapat juga bintik – bintik warna senada merata di permukaan daun.

Sumber : Majalah FLONA. Ed 51/III. Mei 2007. Hal 12 - 13

Warna Warni Puring

Setelah kamboja, tanaman lain yang kerap disebut sebagai tanaman kuburan adalah puring. Sama seperti kamboja, di mata awam, puring pun kerap dipakai untuk menandai letak makam seseorang di tanah pemakaman. Padahal, kini kedua tanaman tersebut sudah naik daun.

Corak dan warna daunnya sangat beragam. Bisa digunakan sebagai pagar tanaman atau tampil di pot pun cantik. Meski belum sepopuler kamboja kuburan atau aglaonema, diyakini tanaman ini banyak diminati orang karena keragaman corak dan warnanya.

Puring (Codiaeum variegatum) atau croton termasuk keluarga Euphorbiaceae, dan banyak dicari orang. Keindahan tanaman ini terletak di variasi warna dan besar kecilnya serta corak daunnya (bintik-bintik, garis, dan lain-lain). Warna daunnya amat beragam, mulai hijau kekuningan, orange, sampai merah cenderung ke ungu. Biasanya, semakin tua usia tanaman, warnanya semakin menonjol. Bahkan, dalam satu tanaman bisa memiliki dua atau tiga warna, semisal merah, hijau, dan kuning. Bentuk daunnya pun sangat banyak, ada yang berbentuk huruf Z, burung walet, keriting spiral dan banyak lagi, tutur Heri Syaefudin, landscaper dari Gonku Landscape and Stock Plant.

Tanaman ini amat banyak jenisnya. Bahkan Heri berani menyebutkan di tempatnya saja ada sekitar 50 jenis puring. Tanaman ini termasuk tanaman yang bisa terkena matahari secara langsung. Cocok sekali dipadu padankan untuk landscape. Karena warnanya beraneka ragam, kalau dipakai untuk landscape bisa membentuk massa warna.

Ketinggian puring bisa mencapai 5 meter. Tapi ditanam di pot juga bisa. Perbanyakan biasanya dilakukan dengan stek dan cangkok. Bisa ditanam di-border dengan sekelompok tanaman lain, atau soliter tampil sendiri, papar Heri yang menyebut puring sebagai tanaman yang gampang dirawat. Penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan, sehari sekali ketika musim panas. Medianya pun tanah seperti tanaman lain pada umumnya. Bisa juga dicampur dengan pupuk dan pasir.

Penyakit yang menghinggapi puring biasanya semut atau kutu putih. Untuk membasminya, tinggal disemprot saja dengan pembasmi serangga.

Untuk ke depannya, Heri yakin prospek puring akan semakin berkembang. Karena selain cantik dipandang, tanaman ini juga cepat tumbuh dan tidak terlalu menuntut perhatian tinggi dalam merawatnya. Semoga puring juga bisa diterima orang, seperti orang menerima kamboja jepang, tandasnya penuh harap.

Serap Gas Beracun
1. Dapat dipakai sebagai pagar hidup pembatas antara halaman rumah dan jalan.
2. Jika terkena sinar matahari tampilan puring akan makin cantik, cerah, dan menawan.
3. Selain lidah mertua, sri rejeki, dan pandan bali, ternyata puring juga mampu menyerap gas beracun dengan berbagai kapasitas rendah hingga sedang.
4. Tanaman puring aslinya berasal dari wilayah Maluku.
5. Kegunaannya sebagai tanaman obat, antara lain rebusan daun hijau yang sudah tua dipakai untuk mandi dan diminum untuk menurunkan demam. Rebusan akar digunakan sebagai obat pencahar.

Noverita K. Waldan

Dari : kebonkembang.com/neo

Hasil Penelitian UII

YOGYAKARTA - Pohon Puring merupakan tanaman yang memiliki daun paling baik dalam menyerap unsur plumbum (Pb/timah hitam/timbal) yang bertebaran di udara terbuka (2,05 mgr/liter).

Penyerap terbaik kedua adalah daun pohon beringin (1,025 mgr/liter). Oleh karena itu, dalam rangka mengurangi kadar logam berat di udara, misalnya yang berasal dari buangan kendaraan bermotor, pemerintah dan masyarakat disyarankan memperbanyak penanaman dua jenis pohon tersebut.

Hal itu dikatakan dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Pembangunan UII Yogyakarta, Dr Ir Suparwoko MURP kemarin (29/11) di gedung Rektorat UII Jl Kaliurang Km 14,5. Dia juga menyambut baik upaya pemerintah terkait gerakan serentak menanam 89 juta pohon menjelang pelaksanaan Konverensi Perubahan Iklim di Bali, Desember mendatang.

Hanya saja, menurut dia, aksi serentak yang dimulai Rabu lalu (28/11) di Desa Cibadak, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, oleh Presiden SBY itu hendaknya tidak hanya ditujukan untuk mengurangi kerusakan iklim terkait pemanasan global (Suara Merdeka, 29/11 halaman 2).

Logam Berat

Namun juga dimaksudkan untuk mengurangi unsur atau partikel logam berat. Sebab, berdasar penelitiannya bersama dosen kimia UII, Ir Feris, pembangunan pesat perkotaan dan pedesaan serta peningkatan jumlah kendaraan bermotor, mengakibatkan kandungan logam berat di udara semakin banyak. Akhirnya, muncul berbagai gangguan kesehatan.

Timah hitam atau Pb merupakan unsur polutan berbahaya yang bisa terisap oleh tubuh melalui pernapasan. Dampaknya akan semakin buruk jika yang terkena adalah anak-anak. Logam ini bisa merusak sistem syaraf dan pencernaan.

Bahkan, mengutip hasil penelitian PBB, 1999, Pb bisa mengakibatkan anak-anak kehilangan rata-rata empat poin IQ dalam usia tujuh tahun.

Padahal, kestabilan ekologi sama pentingnya dengan kestabilan ekonomi. ”Apalah artinya keberhasilan pembangunan ekonomi dan fisik, jika rakyat sakit-sakitan,” ujarnya.

Hasil kajian bioreduktor cemaran logam berat timbal (Pb) pada tanaman lanskap jalan di kawasan perkotaan Yogyakarta, sangat mengejutkan.

”Dari empat titik penelitian, ternyata tingkat kandungan Pb di udara sudah sangat membahayakan,” ujarnya.

Selain itu, juga diketahui bahwa dari empat tanaman, yaitu puring, beringin, tanjung, dan ketapang. Pohon tanjung bisa menyerap 0,505 mgr/liter, daun ketapang tidak bisa menyerap Pb, dan yang terbaik adalah daun pohon puring. Jadi, lanjutnya, bisa dibayangkan kondisi kota-kota besar yang tidak dilengkapi dengan pepohonan penyerap unsur tersebut. (P58-72)

Jumat, 30 Nopember 2007
Sumber : http://www.suaramerdeka.com/harian/0711/30/ked02.htm

Sunday, November 14, 2010

Sejarah Puring

Puring pertama kali diidentifikasi di wilayah laut Seram, Maluku, pada 1600 dengan nama codiaeum mollucanum. Di Eropa, puring mulai dikenal pada 1804 ketika perahu East Indies berlabuh di London, Inggris. Kecantikan puring membuat kaum bangsawan Inggris menggandrunginya. Lantaran tanaman ini masih langka dan hanya dimiliki kaum bangsawan, maka dinamakan King of Plant.

Bak lukisan, tanaman puring memiliki warna-warni yang indah, cerah dan cantik. Tanaman dengan nama latin Codiaeum -- sebuah nama yang diberikan oleh seorang botaniawan asal belanda GE Rumphius pada 1660 -- ini merupakan tanaman asli tropis. Namun dalam perkembangannya, tanaman ini lebih banyak dikembangkan di daratan Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Sedangkan di kampung halamannya, yakni Indonesia, Filipina, Thailand, Malaysia, Srilangka dan India, tanaman ini masih dianggap tanaman liar.

Setelah berjaya di Eropa dan Amerika pada abad 18, terutama setelah kelahiran puring varietas-varietas baru hasil persilangan, mulailah kaum petani tanaman hias Asia melakukan pembudidayaan. Tidak jelas sejak tahun berapa, namun dalam perkembangannya kini banyak bermunculan varietas baru yang cantik dan unik, seperti puring apel merah dan kura-kura asal Thailand, dust ruby asal Filipina, puring tokek asal Malaysia, dan puring oscar, puring concord brazil asal Indonesia.

Asal-usul puring dan habitatnya
Puring dikenal dengan nama ilmiah Codiaeum alias Crozophyla, Junghuhnia, Phyllaurea, dan Synaspisma. Oleh para pakarnya, ia diklasifikasikan seagai berikut.

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliophyta
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Subfamili : Crotonoideae
Rumpun : Codiaeae
Genus : Codiaeum A.Juss
Spesies : Codiaeum affine
Codiaeum hirsutum
Codiaeum megalanthum
Codiaeum tenerifolium
Codiaeum veriegatum